Postingan kami?

Tanpamu


“Apa?” nafasku berhenti sejenak, jantungku seakan ingin lepas karena kata-katanya, seketika otakku membeku dan entah mulutku seakan bisu, diam seribu bahasa. Aku coba menahan sesuatu yang akan menetes dari mataku ini, tapi entah kenapa rasanya berat sekali. Air mata itupun akhirnya jatuh juga. Aku memeluk diriku sendiri, seakan ada sesuatu yang akan hancur di dalam dadaku. Tubuhku terasa lemas bahkan sudah tak kuat lagi memegan sebuah handphone di tanganku. Aku tak percaya ini benar-benar terjadi. Dirinya mengucapkan satu kalimat yang entah terasa sangat menyakitkan di hatiku.
“Maaf, mulai sekarang kita jalani sendiri-sendiri, ” Ujarnya di telepon. Terdengar simple tapi menyakitkan bukan (mungkin untuk sebagian orang). Malam itu tak henti-hentinya mataku menitihkan air mata. Aku terlalu menyayanginya, sangat sulit melupakannya. Setiap hari kami selalu melakukan berbagai aktifikas bersama. Dari berangkat sekolah, istirahat, pulang bersama, bahkan les dan ngaji pun sama-sama.
“Oh God, apa aku bisa melakukan semua itu tanpanya?” benakku
Keesokan harinya berjalan seperti biasa. Aku menunggu bis sekolah yang tiap hari menjemputku dan siswa-siswa lainnya. Di dalam bis itu, aku duduk di tempat biasanya, tempat di mana ia dan aku selalu menghabiskan perjalanan dari rumah ke sekolah dengan berbincang-bincang. Tibalah bis itu didepan rumahnya. Ia pun menaiki bis itu dengan gayanya yang sangat cool. Kupikir dia akan tetap duduk di sebelahku, tapi ternyata ia malah duduk dengan temannya. dia tak menyapaku sama sekali, aku dianggap seperti barang yang tidak ada.
“hemm, dia menjauhiku” gumamku perlahan
Setelah turun dari bis, aku pun berjalan melalui koridor sekolah. hari ini rasanya berat. masih pagi saja, rasanya aku sudah ingin pulang ke rumah dan serega mengunci kamarku, setleh itu menagis. Aku dan dia berbeda kelas, jadi kami tidak memasuki ruang yang sama. Pelajaran hari ini, sepertinya tak ada satupun yang nyambung di otakku, sepertinya hari ini otakku hanya diprogram untuk memikirkannya. Saat istirrahat aku bergegas membayar SPP di Tata usaha. Aku mulai memasuki ruangan tata usaha dengan perlahan-lahan. Aku terkejut ternyata itu dia, dia sedang duduk dan menyerahkan beberapa berkas yang entah berkas apa itu. Aku pun beranjak mendekatinya, tapi seketika itu ia malah beranjak pergi, aku pun tidak menghiraukannya dan langsung bergegas membayar SPP. Setelah membayar SPP, karena penasaran aku pun bertanya kepada petugas TU tentang berkas apa yang tadi di berikan oleh Jeje. betul, Jeje adalah orang yang selama ini aku sayangi. setelah melakukan beberapa basa-basi akhirnya petugas TU itupun mau memberi tau. Dan saat itu aku benar-benar kaget dengan apa yang diberitahukan oleh petugas TU tersebut. Ternyata berkas-berkas itu adalah berkas untuk pindah sekolah. dan Jeje sudah melengkapi semuanya.
“Apa?! Jeje pindah sekolah” benakku sembari meninggalkan ruang TU. Aku langsung bergegas mengambil handphoneku dan mengirim sebuah pesan pada Jeje.
“Kamu pindah sekolah? kenapa kamu tidak memberitahuku” sms ku pada jeje
Beberapa menit kemudian hpku berbunyi. Saat kubuka itu balasan sms dari jeje
“Maafkan aku, aku tidak memberitahumu. Aku takut dirimu bersedih, aku harus pindah sekolah ke luar negri karena ayahku mempunyai tugas disana. Besok aku sudah harus pergi ke sana, dan bibiku yang akan mengrusiku administrasinya, aku akan ikut penerbagan pagi dengan pesawat GA-578, aku harap kau akan di sana untuk salam perpisahan.”
Sejenak, aku mulai tertegun. bahkan tanganku seakan tak kuat menggenggam sebuah handphone. Malam harinya entah mengapa mataku tak kunjung merasakan ngantuk. Aku pun pergi ke balkon dan memutuskan untuk melihat bintang di sana. Sejenak bintang-bintang itu menghiburku, tapi aku kembali teringat Jeje, dia akan pergi besok, entah apakah aku benar-benar siap hidup tanpanya. ahh, apa yang aku pikirkan, pasti Jeje akan kembali lagi suatu saat nanti.
Keesokan harinya, jam 7 pagi aku berangkat ke bandara, entah sejak pagi hari ini firasatku benar-benar tidak enak. Jeje berangkat ke Amerika jam 8 pagi, mudah-mudahan aku benar-benar sampai tepat waktu. Jalan dari rumahku ke bandara memang cukup jauh, mungkin sekitar setengah jam. kira-kira tinggal 2 km dari bandara, tiba-tiba mobilku mogok. oh god kenapa bisa jadi begini. Aku langsung coba membuka tempat mesin mobil itu. tiba-tiba sebuah asap mengebul keluar. Aku langsung menelpon petugas mobil derek. 10 menit berlalu sekarang sudah jam 7.40, akhirnya mobil derek itupun datang dan aku menitipkan mobilku pada petugas yang akan menderek mobilku sampai rumah.
Tinggal 20 menit lagi, aku pun langsung menyetop sebuah taksi untuk mengantarku ke bandara. Di dalam taksi aku terus melihati jam tanganku dan terkadang berharap semoga waktu bisa sejenak berhenti. Akhirnya sampai di bandara, sekarang sudah jam 7.55. setelah membayar taksi akupun langsung berlari ke arah pintu check in penerbangan amerika. Benar saja Jeje berdiri di sana. Jeje melihatku dan tiba-tiba langsung memelukku.
“aku akan sangat merindukanmu, Jeje” ujarku sambil menitihkan sebuah air mata
“aku yang akan lebih merindukamu” katanya dengan sangat lirih
“Aku akan kembali kesini, setiap hari aku akan mengabarimu dan merindukanmu, aku sayang padamu” lanjutnya
“aku juga sayang padamu” jawabku dengan terisak-isak
“Kamu jangan menangis, kamu akan lebih cantik jika tersenyum” ujarnya sembari menghapus air mataku
Aku pun akhirnya mengantarkan Jeje dan melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.
“Aku akan segera kembali, tunggu aku” teriaknya sambil tersenyum
aku pun pulang ke rumah, menyetel lagu mellow dan langsung berbaring di kamar. Saat berbaring aku memandangi fotoku dengan Jeje. Lama kelamaan, aku pun langsung lenyap dalam kelembutan suasana, dan akhirnya tertidur lelap. Keesokan harinya papa dan mama seperti biasanya menonton berita di TV, aku pun ikut duduk di sofa sambil meminum tehku. Tiba-tiba pembaca berita membaca sebuah berita yang benar-benar tidak aku duga.
“pesawat GA-578 jatuh di Samudera pasifik, dikabarkan tidak ada satupun korban yang selamat, berikut daftar korban” ucap pembawa berita
Aku pun mulai tertegun dan meneteskan air mata, papa dan mamaku juga ikut tertegun dan langsung bertanya padaku
“bukannya itu pesawat yang Jeje naiki kan?” ucap ibu
Aku tak menghiraukannya, pandangan mataku tetap menatap nama-nama yang ada di televisi. tiba-tiba ada nama dan foto Jeje di sana. Aku pun menangis sejadi-jadinya.
“ma, Jeje ma” Ucapku sambil menangis tak henti-hentinya.
Mama dan papaku berusaha menjauhkan aku dari TV di ruang keluarga dan mencoba menenangkan diriku.
“Jeje, kenapa kau meninggalkanku?” teriakku

0 comments:

Post a Comment