Postingan kami?

Maafkan Diriku Yang Tak Mengenalmu


Sekarang ini serasa badai bagiku, orang tua menjodohkanku dengan pria yang sama sekali tak kusukai, tak ada jejak ketampanan di wajahnya. Segala hal tentang dirinya tidak ada yang bagus di mataku. Usianya yang terlampau muda tak sepadan bagiku. Aku sedang merencanakan sesuatu agar ia tak suka padaku. Apapun kulakukan agar kata cerai terucap melalui mulutnya,
“Cuci semua bajuku ya.. Aku cape mau tidur..!” bentakku kepada suamiku, aku sengaja menyuruh-nyuruhnya. Aku gak mau melihat wajahnya sampai setahun lagi. Hidup terasa di neraka bersamanya.
“Iya papa yang cuci semua baju mama, mama tidur aja kasihan kalau habis pulang langsung cuci baju. Mau papa pijitin ma?”
“Gak mau, aku mau tidur!” ia mengatakannya sambil membanting pintu, walaupun ini rumah suaminya tapi ia merasa berhak sebagai istrinya.
Di dalam kamar, Nia tidur di ranjang terpisah. Suaminya tidur di ranjang sebelah yang agak kecil, aku memang menyuruhnya membeli 2 ranjang, aku tak sudi di sentuh olehnya.
“Ma, buka pintunya..” suara suamiku terdengar agak pelan sambil mengetuk pintu, aku tak menanggapi perkataannya. Aku pura-pura tertidur pulas. Tak berapa lama kemudian suara ketukan menghilang.
“Biar tahu rasa!” pikirku kejam lalu kembali memeluk bantal.
Besoknya aku keluar kamar tidur untuk mandi, ku lihat suamiku tertidur pulas. Ia sedang libur hari ini, aku pergi mandi cukup lama lalu bersiap-siap berangkat kerja.
Saat melangkah keluar halaman kulihat suamiku telah mencuci banyak pakaianku… huhu, sebentar lagi pasti dia menyerah punya istri sepertiku..
Aku berangkat jam 6 pagi dan pulang jam 5. Setelah ku pulang kantor, suamiku sudah menghidangkan nasi goreng kesukaanku
“Ma, papa buat nasi goreng kesukaan mama, mama coba ea?”
Aku terdiam sejenak memandang nasi goreng itu, lalu ku duduk di kursi dan mulai memakannya, saat kutelan tiba-tiba ku sembur tepat ke mukanya.
“Woek, nasi goreng asin begini kamu kasih aku!!!” geramku marah sambil memuntahkan nasi, lalu menggeser piring hingga jatuh.
PRANKK..
Aku sengaja menjatuhkannya, membuat suamiku menatapku sesaat setelah membersihkan sisa nasi di mukanya, tapi tak ada sinar kemarahan di matanya, hanya iba..
“Maafkan papa ma, papa kira masakan papa enak… Sekali lagi maafkan papa..” lalu ia mengambil pecahan piring yang pecah dan nasi, di bungkus dan di buang.
Aku melihatnya keluar rumah untuk membuang pecahan lalu pergi dari rumah..
Hmm, pasti dia gak bakal mikir 2 kali untuk menceraikanku.. pikirku senang
Malam harinya aku merasa kelaparan, sebenarnya nasi goreng yang tadi enak banget. Hanya saja aku tak sudi memuji masakannya, bisa-bisa dia bakal melayang sampai pohon kelapa, aku mau buat dia terhina, buat dia melayang sebenarnya. Tapi melayang sampe pohon toge, biar rendah rendah sekalian!
Kemudian saat ku menjelek-jelekannya, suamiku pulang sambil membawa nasi goreng yang dia beli di luar,
“Ini ma makanannya, pasti mama lapar..”
“Aku gak lapar!” dustaku padanya, lalu ia tetap menyodorkan makanan dan pergi dari rumah lagi.
Ya tuhan, aku tak tahu jalan pikiran dia. Sudah berapa kali ku coba menghinanya dan berharap kata cerai, tapi tak sedikit pun itu keluar.
Aku terus berusaha membuatnya berpikir untuk menyudahi semuanya, ku susun berbagai rencana selama setengah tahun pernikahan kami, tapi hasilnya nihil.
Kemudian saat ku terbawa emosi dan pekerjaan menuntutku memforsir tenaga, di situlah saat-saat terburukku. Tubuhku mendadak terserang stroke. Pas saat ku tiba di rumah..
“MAMA!, Mama kenapa?” ucap suamiku sambil memelukku yang tak sadar diri, lalu ia pergi ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter memvonis bahwa diriku akan stroke seumur hidup dan membutuhkan kursi roda.
“Ini pasti salah, dokter. Istriku pasti bisa sembuh!” ucap marah suamiku pada sang dokter, aku yang terbaring lemah hanya memaki maki suamiku, ini gara-gara dia, andai kita tidak menikah. Aku pasti gak lemah seperti sekarang ini,
Suamiku terus menatapku, sorot mata sayang dan iba terpancar di sana,
“Cih, lagi-lagi tatapan itu” pikirku marah.
“Papa akan beli kursi roda, ini cuma sementara. Papa yakin mama pasti sembuh..”
Aku hanya menatapnya dengan ekspresi hujatan, ini gara-gara dia… gara-gara dia…
Malam yang jernih saat itu sekarang seakan-akan diliputi kegelapan, aku terus menyalahi suamiku dengan tatapanku, kami pulang dan suamiku membopongku ke kasur,
“Papa akan temani mama, kalau mama butuh apa-apa, beri isyarat saja ke papa..”
Aku terpaksa mengangguk saat itu, tak ada lagi yang bisa kulakukan..
“Papa janji akan terus jaga mama, mama pasti sembuh” ujarnya tersenyum.
“O iya, papa mau beli bubur dulu ya ma, mudah-mudahan makanan hangat bisa mempercepat kesembuhan mama..”
Pasti supaya aku gak merepotkan papa lagi kan! jeritku walau tanpa suara, mataku yang menatapnya sudah menjelaskan segalanya.
Dia akhirnya pergi dan membawakan bubur nasi buatku, saatku makan aku menyemburkan nasi panas itu kewajahnya, tapi ia gak marah..
Berhari-hari dia merawatku yang lumpuh dan bisu, saat ku ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil atau besar, ia dengan sigap mendampingiku. Malam harinya ia memijitku dengan penuh kasih, berharap apa yang di katakan dokter kalau vonis terhadap kelumpuhanku adalah salah. Ia membantuku berdiri sambil memegang tanganku, berjalan kecil untuk menguatkan syaraf kakiku, tapi tetap saja aku membencinya.. aku tetap menyalahkannya atas apa yang terjadi padaku.
Tak pernah sedikit pun terlintas rasa sayang di hatiku, ia tetap merawatku, memandikanku dan mengajakku ngobrol dan melatih kakiku dengan berjalan, walau masih di seret-seret, aku juga mengetahui ada saat-saat ia pergi ke ruang pribadinya yang tak pernah kudatangi saat ku sehat, 2 jam ia di situ dan akhirnya merawatku lagi hingga akhirnya ia di pecat dari pekerjaannya karena sibuk merawatku.
Aku tetap tak suka padanya, hingga akhirnya saat kuberjalan di bantu olehnya ternyata kakiku mulai merasakan kram, aku langsung menyuruhnya membawaku ke kasur, lalu ku tak sadarkan diri…
keesokan harinya kumerasakan sakit di perut ke bawah, aku mengira hanya sakit biasa dan mulai menggerakkan kakiku, dan ternyata aku sudah sembuh!
“AKU SEMBUH!!!” ucapku girang lalu langsung menutup mulut, ternyata syaraf suara dan kakiku telah sembuh.
Aku tidak memberitahukan suamiku kalau ku sembuh, dan ku lihat ia tetap merawatku walau sekarang muka seperti merenung dan bersalah…
“Ma, sebenarnya aku.. aku..” ucap suamiku tergagap.
Aku bingung dengan apa yang ingin ia katakan, tapi kuanggap angin lalu,
Sikapnya terus berubah hingga akhirnya ia terjatuh saat membawa makanan buatku, aku yang sudah sembuh menatap sinis kepadanya, mengira ia hanya becanda, jadi hanya menaruhnya di atas kasur tanpa merawatnya sama sekali,
“Huh, pules banget tidurnya. Aku mau keluar ah, mau hirup udara bebas” ucapku senang tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada suamiku.
Aku keluar rumah sampai malam hari, saat membangunkan suamiku ternyata badannya dingin.. ku pegang dadanya, tak ada detak jantungnya..
Hatiku mencelos melihat ia begitu tenang, kugoyang goyang badannya berharap ia bangun dan memijit kakiku, berharap.. berharap..
Akhirnya tangis pun pecah, inikah rasanya jatuh cinta?
Sayang.. bangun..
ku katakan kalimat itu sambil mengelus mukanya, berpikir telah berapa kali ia menyembur muka suaminya..
“Sayang maafkan aku…” lirihku menangis tersedu..
Keesokan harinya setelah menguburkan jasad suaminya dan mual berkali-kali, ia pulang ke rumah yang terasa hampa, berharap ada lagi senyumnya.. berharap buah hati..
Tangisnya pun pecah kembali, betapa sejak awal ia tidak membolehkan suaminya menyentuhnya,
Ya Tuhan betapa bodohnya ia..
Lalu ia berjalan tanpa arah, tak ingin masuk ke kamar yang biasa ditempati suaminya, itu hanya membuatnya merasa sakit, kemudian ia membuka kamar pribadi suaminya, di sana hanya ada sebuah buku.. buku?
Lalu dibukanya buku itu yang ternyata diary. Ia buka halaman pertama..
~ 3 Mei 2012 ~
Ini pengalaman pertamaku beristri, sudah pasti aku ingin merasakan malam pertama… yah, ternyata itu harus di tunda, ku belum melihat tatapan penuh cinta di matanya, tapi itu tinggal menunggu waktu kan?
~ 7 Mei 2013 ~
Ku buat nasi goreng kesukaannya, jamur dan sosis. Berkali-kali mencoba takaran yang pas tapi gagal, yupps tapi ini yang terakhir dan pasti gak bakal gagal. Tapi ternyata semua gak sesuai perkiraan. Nasinya asin.. asin!!. Semenjak itu hasratku membuatkannya makanan sirna..
Masakanmu sempurna sayang.. (sesekali terisak-isak..)
~ 8 Agust 2012 ~
Kulihat ia terjatuh di rumah, aku sangat mengkhawatirkannya karena ku sangat mencintainya. Bila terjadi apa-apa padanya lebih baik ku mati saja, lalu di sana ku mendengarnya.. ia lumpuh, tapi ku tetap akan mencintainya. Walaupun nanti kakiku ikut lumpuh asal tetap bersamanya…
~ 9 Sept 2012 ~
Ku belikan bubur buatnya, aku senang ia menelannya. Walaupun ia menyemburkan sedikit ke mukaku, tapi itu seperti belaian tangan darinya..
Ohh sayang.. aku ingin membelai wajahmu.. (seketika ia membayangkan saat-saat membelai wajah tenang suaminya)
~ 11 Des 2012 ~
Ku tetap optimis berharap ia sembuh, ku berharap sinar cinta di matanya, tapi tetap saja itu tidak ada, seperti inikah rasanya sakit?
rasa sakitmu rasa sakitku juga sekarang! (jeritnya histeris)
~ 20 Maret 2013 ~
Kupijit kakinya, rasanya inilah cinta, walaupun ia tak berbalas, tapi ku tetap cinta, karena cinta bukanlah tempat meminta, tapi memberi.. Lalu ku mengajaknya jalan, tapi kakinya kram, aku kalut, ia tak sadarkan diri, dan saat itulah.. saat itulah ku berharap untuk memberi.. rasa itu makin kuat, cinta bukanlah tempat meminta, tapi apa yang dapat kita berikan… aku belum melihat sinar cinta.. tapi..
~12 Mei 2013~
Aku melamun saat itu, membayangkan telah melakukan sesuatu yang membuat ia semakin membenciku, tapi kuharap anak itu jadi penerus rasa cintaku padanya, biarlah ia jadi lambang cinta saatku tiada.. sedang ku hidup sepi dan merana…
Jadi ini yang membuat suamiku melamun?
Aku tak akan menyalahkannya, aku halal baginya, dan aku berharap hal yang sama..
Sayang..
Kuakan jaga buah cinta kita..
5 Tahun kemudian,
Aku datang kemakam suamiku bersama putraku. Nisan suamiku telah ku ganti, sekarang kupesan kepada penjual nisan agar dibuatkan ukiran tepat di tengah nisan dengan mutiara cinta:
Cinta bukanlah rasa takut cinta itu akan pergi meninggalkanmu suatu saat nanti. cinta adalah sesuatu yang membuat hatimu utuh. yang membuatmu menjadi lebih baik dari hari ke hari. cinta adalah saat kau menatap orang yang kau sayang dan kau tahu sampai ke detak jantungmu. ia adalah orang terbaik yang kau kenal.

0 comments:

Post a Comment