Postingan kami?

Biru Yang Menjadi Kelabu



Biru Yang Menjadi kelabu
          “H-20 Ujian Nasional.” Pfft, mataku terperanga melihat tweet dari salah seorang temanku itu, tak disangka waktu cepat berlalu, dan sebentar lagi celana biru yang biasa kupakai ini akan berubah warna menjadi kelabu.
          SMPN 81 Jakarta, yang semasa Sekolah Dasar menjadi smp yang kudambakan ini sebentar lagi akan kutinggalkan. Banyak sekali kenangan disini, ada berjuta momen yang tak terlupakan. Kadang, membayangkan kalau kelak aku bukan lagi anak putih biru lebih berat ketimbang memikirkan Ujian Nasional. Apa mungkin masa-masa indah di SMP ini akan terulang lagi di masa putih abu kelak?
          Ada banyak kenangan yang masih begitu membekas, terutama saat berada di bangku kelas 8. Kelas 8 aku menemui banyak teman baru, bahkan menemui sahabat baru. Di kelas 8 juga aku bertemu dengan pria idamanku, dan di masa itu juga aku benar-benar merasakan falling in love, banyak yang bilang cinta monyet, tapi apapun itu tidak peduli, toh aku yang merasakannya. Banyak momen-momen indah yang terjadi antara aku dan “Dia”, walaupun kami nggak pacaran, tapi begitu banyak kenangan antara aku dan dia, mulai dari nonton dia waktu futsal, bercanda dikelas bareng dia, smsan bareng dia. Waah mengingatnya saja sudah membuatku tersenyum sendiri, rasanya ingin kembali jadi anak kelas 8 lagi! Di kelas 8 kita belum terlalu disibukkan dengan banyak kegiatan belajar untuk menghadapi UN, sehingga banyak canda tawa, banyak kisah-kisah lucu, aaaah pokoknya unforgettable deh!
          “Rosh, besok try out kamu udah belajar belum?” Tanya mama. “Udah kok Ma, Roshi mau istirahat dulu, mau nonton tv sebentar.” Jawabku sambil menyalakan televisi.  “Yaudah jangan sampai nilaimu jelek ya, biar dapat SMA jempolan.” Tegas Mama kepadaku. Entah mengapa untuk menghadapi 40 soal Ujian Nasional begitu banyak bimbel yang harus kuikuti, mulai dari sekolah, sampai sepulangnya pun masih harus mengikuti bimbingan belajar di luar. Tak jarang, aku harus pulang malam karena mengikuti bimbel. Tapi no problem hadapi dan nikmati saja, selama semuanya kita jalani bersama teman-teman.
          “Kriiiiiiing.” Bel  pulang berbunyi. Try Out pun selesai. Alhamdulillah, aku mengerjakan soal-soalnya dengan lancar, aku optimis bisa meraih hasil yang bagus. “Rosh ke Pondok yuk?” ajak Mika. “Yuk Rosh, kita nonton The Raid.” Sahut Regina ikut mengajakku. “Hmm yuuk mari kita refreshing!”  jawabku. “Okay gue ikuuuut.” Sahut Hanin dengan ceria. Kami berempat memang selalu kompak, Aku, Egi, Mika, dan Hanin sudah bersahabat sejak setahun lalu, saat kami berempat masih berada di bangku kelas 8. Kebetulan, kami satu kelas sehingga kemana-mana selalu bersama, kami berempat juga merasa saling cocok untuk terus sahabatan.
          Hari demi hari berlalu, hingga tiba akhirnya momok yang selama ini menjadi ketakutan para pelajar tiba di hadapanku. H-1 Ujian Nasional!! Besok benar-benar menjadi penentuan nasibku kedepannya, apakah aku akan dapat SMA favorit karena dapat hasil nem yang bagus, atau aku akan menyesal karena dapat hasil diluar harapan. Ah, biarlah.. Selama aku sudah berusaha, kenapa harus takut? Hadapi, Hayati, Nikmati!!
          Hari ini kamarku benar-benar seperti kapal laut yang baru diterjang ombak. Berantakannn! Berisi kertas-kertas soal try out dan ulangan-ulangan, juga buku-buku penunjang Ujian Nasional. Ah, tak apa, semoga saja jeri payahku ini akan terbayar lunas dengan hasil yang memuaskan! Amien….
          “Kukuruyuuuuuk.” Ayam mulai berkokok pagi ini, aku segera beranjak dari tempat tidur lalu segera melaksanakan shalat subuh. Memohon doa, agar hari ini aku dilancarkan dalam mengerjakan soal Ujian Nasional. Usai shalat aku bergegas mandi lalu menyantap sarapan pagi sembari membaca buku untuk sedikit mengulas apa yang sudah kupelajari. Sebelum berangkat, aku meminta doa pada Ayah juga Ibuku serta Kakakku, Mas Rama yang baru saja selesai melaksanakan Ujian Nasionalnya seminggu yang lalu. Dengan sedikit candaan, Dek Ian menyemangatiku “Semangat ya mbak Rosh, nggak boleh kalah nilainya sama Dek Ian.” Oceh Dek Ian menyemangatiku. “Iya dek doain Mbak Rosh ya semoga berhasil.” Jawabku sambil tersenyum pada adikku itu. Akhirnya aku berangkat, kali ini aku berangkat lebih pagi untuk mengantisipasi macet. Seperti biasa, Mas Rama mengantarku dengan sepeda motornya.
          “Kriing…Kriing….Kriiing.” bel sekolah berbunyi 3 kali, menandakan waktu pulang sekolah. Mendengar bel tersebut semua murid berteriak “I’m free!!”  kelihatannya semuanya begitu senang karena Ujian Nasional telah berlalu. Alhamdulillah seluruh soal yang ada tidak sesulit yang kukira, aku mengerjakannya dengan tenang dan lancar, meski ada beberapa hambatan di beberapa soal. Semuanya aku pasrahkan pada Allah SWT, yang terpenting aku sudah berusaha sekuat tenaga.
          Akhirnya aku terbebas dari segala tugas, juga bimbel yang selama ini mengepung hari-hariku. Kini waktunya menghabiskan waktu berlibur bersama teman-teman sembari menunggu hasil Ujian Nasional diberitahukan kepada seluruh siswa.
          Meskipun sudah tak ada kegiatan belajar-mengajar. Aku dan teman-teman tetap dating kesekolah, untuk sekedar bernostalgia, dan menikmati hari-hari terakhir di gedung SMPku ini. Sedih rasanya membayangkan betapa beratnya sebuah perpisahan. Ah, ingin menangis rasanya jika membayangkan aku sudah bukan lagi bagian dari SMPN 81. Namun, di setiap pertemuan selalu akan ada perpisahan, rela tidak rela, kita harus tetap ikhlas.
          Akhirnya, tiba hari dimana hasil Ujian Nasional sudah dapat dilihat di situs Mendiknas. Tak terduga, hasil ujianku tinggi dan diluar dugaan! 35,85! Ah, rasanya tak percaya, terharu melihat ini… Tak kusangka perjuanganku selama ini terbayar dengan hasil yang memuaskan. Aku segera memberitahu ini pada orang tuaku, aku sangat senang kali ini, setidaknya aku bisa membuat mereka bangga akan hasilku ini. Ibuku terlihat sangat senang, lalu ia menawariku mau memilih SMA mana, ibu memberiku banyak pilihan. Namun aku berusaha realistis dengan hasil yang kuperoleh ini, hingga harapan terbesarku ada di SMAN 67 Jakarta yang kebetulan SMA kakakku sekarang.
          Hari ini hari malam Senin, besok merupakan hari yang kutunggu, perpisahan SMPN 81! Aku tak sabar ingin menikmati hari-hari terakhir bersama anak-anak 81. Tahun ini perpisahan akan melakukan tour ke Yogyakarta, kota yang terkenal dengan masyarakatnya yang ramah. Bus berangkat pukul 5, tepat sehabis shalat subuh. Jogjaa aku dataang! Canda tawa banyak terjadi di Bus, mulai dari menyanyi bersama, karaoke bersama sembari menyanyikan lagu tempo dulu, menjaili teman yang tertidur, pokoknya really fun!
          Satu demi satu objek wisata kami lewati, semuanya berjalan dengan baik tak ada banyak kendala, suasana ceria menyelimuti kami, beserta bapak ibu guru. Di hotel penginapan kami juga terjadi banyak kehangatan. Ah, rasanya kami seperti satu keluarga yang utuh. Rasanya berat, kebersamaan ini tak akan terulang lagi, detik-detik terakhir kebersamaan kami ini terasa begitu mengharukan.
          Akhirnya kami tiba di kamar, aku memilih satu kamar bersama sahabat-sahabatku, Egi, Mika, dan Hanin. “Ka, kalo kita beda sekolah nanti, kita tetep sahabatan kan?” tanyaku pada Mika. “Pasti dong, Rosh. Sekali sahabat kan tetep sahabat!”. “Kalian jangan pernah saling ngelupain ya, kita harus tetep sahabatan.” Sambung Hanin. “Bener, kita harus tetep keep contact ya!” ucap Egi. “Hehe, We are forever friends!” sambungku sembari tersenyum.
          Akhirnya pagi ini tiba, pagi dimana kami harus kembali ke Jakarta. 3 hari yang mengesankan ini akhirnya berakhir juga. Masih dengan bus yang sama, kami mengucapkan salam perpisahan kepada Yogyakarta. Terima kasih Jogja telah membuat momen-momen perpisahan ini menjadi begitu indah karena pesona wisatamu! Bus pun berangkat pada pukul 8 pagi, diperkirakan kita akan sampai Jakarta pada pukul 5 pagi.
          Akhirnya, kami sampai di tepat di Monumen Pancasila Sakti, yang berada dekat sekolahku. Ah, 3 hari ini terasa begitu cepat rasanya.. Mungkin karena suasana yang begitu ceria. Semua kenangan, semua yang terjadi selama aku berada di SMPN 81 takkan pernah terlupa, akan ada ruang tersendiri untuk kenangan-kenangan masa putih biru-ku ini. Selamat tinggal Biru!
          Akhirnya masa penerimaan tiba, diluar dugaan aku masuk SMAN 67! Lagi-lagi aku mendapatkan apa yang kuharapkan, meskipun tidak berada dalam posisi atas dalam proses seleksi penerimaan, setidaknya aku beruntung karena dengan ini aku resmi menjadi anak 67.
          Hari pertama di 67 terasa begitu awkward  alias aneh untukku, aku banyak menemui wajah-wajah baru, dan sedikit menemui wajah-wajah lama, alias teman-teman smp-ku yang juga terdaftar sebagai murid 67. Aku mulai berkenalan dengan banyak teman, Rizki, Ica, Raja, Aci, dan banyak lagii!
          Aku memilih ekskul paduan suara, dan disana aku bertemu dengan kakak senior-ku yang begitu mempesona! “Dek kamu mau masuk padus?, kamu masuk ruangan itu ya, kamu ikut proses seleksinya dulu.” Ucap Kakak itu padaku sembari menunjukkan ruangan yang menjadi tempat seleksi Paduan Suara. ”Iya kak, oh gitu ya kak, terima kasih ya kak infonya.” Jawabku sambil tersenyum. Lalu dia hanya mengangguk sembari tersenyum. Dalam hati aku berbisik “Manis sekali senyummu, Kak.” Dan sejak saat itu juga mungkin aku menjadi pengagum rahasianya. Haha, wajar-wajar saja bukan mengagumi lawan jenis?
          Aku mulai menikmati hari-hariku di SMAN 67, tidak seperti yang kubayangkan, ternyata masa putih abu yang baru kumulai ini berjalan dengan menyenangkan, aku yakin kedepannya pun begitu. Kini aku berada di kelas X-2, kelas yang menyenangkan untukku, bertemu dengan teman-teman baru yang baik dan cocok denganku. Sekarang, biru telah menjadi kelabu, baju baru, semangat baru! Hahaha, mungkin ini sedikit cerita dariku. Setiap pertemuan di awal selalu menghadirkan perpisahan di akhir bukan? Jadi biarkanlah kenangan menjadi kenangan dalam lubuk hati. Yang terbaik adalah mensyukuri dan menjalani apa yang ada sekarang. Biru telah menjadi kelabu. Selamat datang masa putih abu!

0 comments:

Post a Comment