Postingan kami?

Hey!


Saat aku tersadar kesempatanku tak lagi banyak untuk mengungkapkannya. aku semakin tak ingin terbuang begitu saja.
Bayangkan saja dia yang sebenarnya tak memberiku harapan seolah-olah aku merasa diberinya harapan.
Langkahnya yang tak lagi asing buatku, gerak-geriknya yang tak lagi biasa buatku, dan senyumnya yang tak lagi seolah biasa untukku. aku mengaguminya.
Entah dari mana aku harus memulai, aku tak pernah menyangka sejauh ini aku terjatuh. terjatuh dalam perasaan cinta yang tak seharusnya kurasakan karena dia, temanku sendiri.
Semakin aku menutupinya, semakin dia tahu gerak-gerik perasaanku terhadapnya yang mungkin dia tak suka hal itu. aku menyadarinya.
2 tahun aku bersembunyi di balik perasaan yang entah di sebut apa namanya, tak satupun seseorang menyadarinya bahkan aku sendiri tak pernah menyadarinya.
Dia, pria berbadan tinggi dan berambut cepak sebut saja dirga.
Di penghujung waktu yang mungkin akan jarang kujumpai lagi sosok sepertimu, aku ingin menyerah aku ingin kembali seperti awal, awal aku tak pernah menyukaimu. hanya itu.
Aku hampir lupa hal yang pertama kali membuatku jatuh cinta padanya, aku juga hampir lupa berapa banyak kalimat demi merangkai percakapan sepatah demi sepatah hingga aku dan kamu saling kenal dan menjadi teman.
“fi, salah nggak sih kalo aku suka sama temen sendiri?”
“nggak ada yang salah, itu artinya normal”
“terus salah nggak sih kalo dia nggak suka sama kita tapi kita tetep suka?”
“hah… susah banget pertanyaannya”
Dira mengembuskan napasnya.
“emang kamu lagi suka sama siapa?”, tanya rifi.
“ada… seseorang yang nggak pernah ku duga, dia deket banget sama kita”
“siapa sih? kayanya aku tau”
“hahaha!”, dira tertawa sangat keras, dira menertawakan dirinya sendiri. Rifi hanya terbengong melihat dira yang tertawa sendiri kemudian tertawa tanpa sebab.
Hari demi hari kulalui, namun tak satu pun hal yang membuatku untuk berhenti menyukainya. Sosok nya dihadapanku tetap menjadi juara di mataku.

Aku berjalan pulang ke arah gerbang sekolah, kudapati sosoknya sedang melakukan hal yang sama. Dia sendirian, aku bersama kedua temanku.
Tepat hari ini, tanggal 30 dia ulang tahun. Mereka menyambut tangannya, aku tertinggal di belakang sengaja kuperlahankan langkahku.
“happy birthday ya”, sapaku.
Dia balas dengan senyum, sama sekali tak membalas ucapanku kemudian dia ngobrol dengan temanku.
Ah andaikan aku tak secanggung ini, pasti aku juga sudah ikut ngobrol.
Diam, diam, dan diam aku hanya diam tanpa kata.
Yang kutahu, selama ini dia lagi sayang-sayang nya sama orang lain yang mungkin tak berhak kucemburui.
dia cantik, berbeda denganku. Dia juga tak jauh adalah seorang teman dekatku sendiri, fizha.
Entah udah beberapa kali aku melihat mereka bersama. Tapi… ah sudahlah mungkin aku harus ikhlas kalo cinta ini jalan sendirinya dibagianku tanpa berjalan juga dibagiannya.
“gawat, kayanya dia tau kamu suka sama dia dir”
“ah yang bener? darimana bisa? kamu yang kasih tau ke dia?”
“bukan. Dia ngerasa sendiri, ternyata selama ini dia peka!”
“jangan buat takut lah fi”
“aku seriusan. Makanya kalo suka jangan terlalu keliatan”
“terus terus dia bilang apa?”
“dia bilang kalo sikap kamu ke dia itu berubah nggak seperti biasanya, awalnya dia mastiin apakah orang itu kamu, dia tanya ke aku. aku nggak jawab terus dia nebak-nebak sepanjang kami ngobrol dan akhirnya… dia tau sendiri”
“sial, malu banget”
“uda deh, kamu pendem aja baik-baik isi hati kamu”
Aku hanya terdiam mendengar rifi bercerita. Entah sikap apa yang harus kuperbuat jika bertemu dengannya.

“kamu nggak ngerasa dia beda sama kamu?”
“ya enggak lah, emang kenapa?”
“hmm nggak papa, kayanya dia juga suka tuh sama kamu. sabar aja ya”
“please fi, jangan buat aku semakin berharap. kamu tau kan siapa cewe yang bener-bener dicintainya saat ini”
lagi-lagi rifi membuatku gagal move on. Nggak yakin sama apa yang baru rifi katakan, dira pun mengalihkan pembicaraannya. Padahal hatinya sedang mengebu-ngebu seperti abu yang beterbangan dan dia lupa kalau dia sudah hancur banget.
Hari demi hari kulewati, menit dan waktu saling mengejar. Tetapi aku masih sama, sama seperti dulu tak pernah berubah posisi. selalu begini, selalu berharap.
Tiada guna bila harus disesali, mungkin dia salah. salah menilai perasaanku yang dia anggap baik-baik saja. Hey masihkah kau tak melihat sakitnya berprilaku dalam kepura-puraan?
Kau bercerita tentang dia yang mungkin tak pernah mencintaimu, kau bercerita seolah tak ada yang tersakiti, dan kau tertawa seolah tak ada yang menangis.
akhir yang kusesali adalah aku telah menyalahgunakan perasaanku, seharusnya aku bisa tahan memendam daripada akhirnya dia tau sendiri kemudian perlahan dia menjauhiku.
Dalam malam aku mengingatmu, dalam waktu aku mengejarmu, dalam lamunan aku memikirkanmu, tetapi dalam tangis aku berhenti berharap.
Seiring berjalannya waktu di tempat yang sama, di situasi yang sama, di keadaan yang sama kau tertawa di depan orang yang bener-bener kesakitan dalam tingkahmu, tapi orang itu tak pernah menganggapmu suatu yang menyebalkan. kamu tetap yang ter-otak di fikirannya.
Perbincangan antara aku dan kamu selalu biasa saja, biasa dalam arti ada satu orang antara aku dan kamu yang tidak biasa-biasa saja.
Kita memang tak pernah menjelaskan perasaan masing-masing, padahal aku ingin mengungkapkan semuanya demi kelegaan.
Entah sudah berapa banyak telinga yang aku korbankan untuk mendengar orang-orang yang bilang “dia cintanya sama si itu, dari dulu tak pernah berubah”.

“eh, eh tadi malem si dirga nembak aku”, fizha memulai cerita di antara kami.
Jleeeb, sumpah aku kaget sekaligus nyesek.
“hah… iya? terus gimana ceritanya?”, balas dira dengan berusaha menutupi sedihnya.
“ya gitulah, dia bilang dia nggak bisa jauh dari aku”
Bisu, buta, lumpuh seperti itulah saat itu posisiku. Bisu tak tahu akan merespon apa, buta tak tahu harus melihatnya dengan senyum atau amarah, dan lumpuh tak tahu harus bertindak seperti apa. aku tak punya hak untuk itu semua.
Rifi yang tadinya ada disampingku, mengelus-elus pundakku dari belakang tanpa sepengetahuan fizha yang tak pernah tahu apa yang terjadi pada perasaanku, hancur atau apalah yang namanya menyakitkan.
Tanpa isyarat apapun aku meninggalkan mereka, mencari sebuah cerita yang lebih menyenagkan.
Ada kalanya seseorang berhenti bertahan dalam tangisnya, dan ada kalanya seseorang itu berhenti menahan emosinya.
Seribu kata kurangkai, seribu bahasa ku ucap, dan satu kebohongan ku sebar bahwa aku tak mencintaimu.
Punya mata untuk melihat, punya telinga untuk mendengar, punya hati untuk merasakan, punya hak untuk merasakan cinta tetapi tak punya hak untuk cemburu. Itulah cinta diam-diam.
Hey Kutahan apa yang bisa kutahan, kubiarkan apa yang bisa kubiarkan. Sebebas mungkin, silahkan kau memilih cinta yang kau suka.
Biarkan sapaan hangat mu ku anggap menjadi sapaan antara aku dan kamu adalah teman. Tak saling memiliki perasaan yang sama, hanya aku saja yang memiliki perasaan berbeda.
Demi waktu dan menit yang saling mengejar, demi waktu dan menit yang tak mungkin berhenti, aku berhenti di atas semua rasaku.

1 comment: Leave Your Comments

  1. Merit Casino, Malta: Welcome bonus & promotions
    The Merit Casino welcome package includes a number of welcome bonuses, such as free spins, bonus codes and promotions, as well as all other features 메리트 카지노 가입 쿠폰 that

    ReplyDelete